Menempa Tradisi di Desa Bonto: Melestarikan Warisan Leluhur

Subhan dan Amri, dua sahabat sekaligus perajin besi, menjalani profesi warisan leluhur ini dengan penuh dedikasi dan ketekunan. Foto: Jamil Jufri

WARTAVISUAL.COM, ENREKANG,- Di tengah derasnya arus modernisasi, dua pandai besi dari Desa Bonto, Kecamatan Malua, Kabupaten Enrekang, terus menjaga nyala api tradisi. Subhan dan Amri, dua sahabat sekaligus perajin besi, menjalani profesi warisan leluhur ini dengan penuh dedikasi dan ketekunan.

Bertempat di bengkel sederhana dengan dinding seng dan tungku pembakaran berbahan bakar kayu, keduanya menempa logam panas menjadi alat-alat pertanian seperti parang, cangkul, hingga pisau. Prosesnya masih tradisional—Subhan memegang besi merah membara dengan penjepit besi, sementara Amri memukulnya berulang kali dengan palu besar hingga membentuk bilah sesuai kebutuhan.

“Sudah belasan tahun saya jadi pandai besi,” kata Subhan. “Saya tidak pernah lelah menjaga warisan ini agar tetap hidup di tengah kemajuan zaman.”

Amri pun menambahkan, “Pekerjaan ini memang berat, tapi ada kepuasan tersendiri ketika melihat hasil tempaanku digunakan banyak orang dalam kehidupan sehari-hari.”

Keduanya berharap agar generasi muda ikut melestarikan keterampilan turun-temurun ini. “Jangan malu belajar kerajinan tradisional,” ujar Amri, “karena nilainya tetap relevan sepanjang waktu.”

Di balik dentuman palu dan bara api yang menyala, terdapat kisah ketekunan, kebersamaan, dan komitmen untuk terus menjaga api tradisi agar tidak padam.

 (Jamil Jufri)