WARTAVISUAL.COM, MAKASSAR,- Jaminan hari tua, jaminan kesehatan dan keselamatan kerja selalu menjadi momok yang begitu menakutkan dikalangan pekerja saat ini.
Pasalnya, sebagian besar pekerja saat ini bekerja pada bidang usaha yang proses upahnya hanya berdasarkan kesepkatan semata (tenaga kerja informal).
Kecemasan itulah yang dirasakan setiap harinya oleh seorang lelaki berkulit sawo matang, berusia 28 tahun. Bangun di pagi hari, mandi dan menyiapkan diri untuk aktif menunggu pekerjaan yang masuk hari ini.
Namanya Multazim, seorang yang bekerja di bidang jasa helper, pekerjaannya tak menentu, apapun bisa menjadi pekerjaannya, mulai dari jasa pengantaran, pembersihan, perawatan dan lain-lain.
“Apapun dikerjakan, membersihkan, berbelanja, angkat barang dan banyak lagi,” ucapnya seketika memecah keheningan pagi.
Lelaki itu merekatkan res jaketnya setelah pesan masuk mengenai pekerjaan apa pagi ini, kemudian membuka pintu melihat kondisi cuaca, seperti biasa desember di tanah Makassar selalu berisakan tentang hujan yang abadi.
“Main hujan lagi,” ucapnya menghibur diri sendiri sebelum berangkat bekerja. Sebelum menggunakan mantel, rambutnya yang panjang bergelombang diikat terlebih dahulu, sembari sesekali memerhatikan gawai untuk memperhatikan alamat dari lokasi penugasannya.
Kali ini dia ditugaskan membersihkan rumah salah seorang dokter, rumah itu berjarak lumayan jauh dari tempat tinggalnya. Adapun upah yang ia dapatkan di tentukan berapa lama jasanya digunakan, hitungan membersihkan ruangan biasanya berkisar Rp. 50.000 per 30 menit.
“Sakitnya badanku, itu rumah yang dibersihkan ternyata rumah sudah kebanjiran,” katanya, sembari membunyikan tulang belakangnya dengan beberapa gerakan. Kembali ia masuk ke kos, menggantung jaketnya dan duduk menunggu job pekerjaan selanjutnya.
Mule sapaan akrabnya, menceritakan tentang pekerjaan helper yang terbilang random, banyak hal unik yang telah di alami setelah bekerja kurang lebih satu tahun.
“Pernahka dapat job tangkap ular, bersihkan tandom dilantai 3, angkat kepala kambing sisa qurban, tangkap anak kucing, cari koran bekas,” katanya sembari tertawa lepas mengingat pekerjaan yang pernah di alami.
Sambil meminum kopi tanpa gula kesukaannya, kecemasan tetap terus menghantuinya “pekerjaan begini banyak resikonya, pikirmi bukan main job tangkap ular, tugas pawang dikerja,” tegasnya dengan raut wajah gusar.
“Pernah juga saya tabrak mobil karena sibuk lihat maps, dan ganti rugi sebesar 200.000,” ungkapnya. Kejadian tersebut yang membuatnya terus berpikir mencari sesuatu yang bisa membuatnya bekerja bebas cemas dan tenang.
Kopi yang tersisa kurang dari setengah gelas kembali di seruputnya, sembari melirik notifikasi pada gawai, berharap job melimpah. “Padahal yang di butuhkan pekerja seperti saya sebenarnya rasa ketenangan dan bebas cemas. Minimal tidak khawatir soal keselamatan saat bekerja,” pungkasnya.
Seorang lelaki yang bekerja jauh dari kampung halamannya itu mengakui tentang pentingnya jaminan keselamatan kerja, baginya semua peluang bisa saja terjadi dalam dunia pekerjaan. Apalagi bagi pekerja informal yang pekerjaanya terbilang membutuhkan lebih banyak gerak fisik dan tenaga.
Jam menunjukkan pukul 15.28 telfon pada gawai berdering kencang, bertuliskan admin. Mule bergegas mengangkatnya, berbicara tentang pekerjaan apa lagi yang harus di selesaikan. Kemudian ia berdiri, mengambil jaketnya lalu menggunakan mantelnya lagi. Di atas motor dia membalikkan kepalanya dan berteriak “kerja,kerja,kerja,” sembari tersenyum, perlahan menarik gas kendaraannya, dan hujan memudarkan panampakkannya. (Ahmad Al Qadri AS)