WARTAVISUAL.COM, LUWU UTARA – Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) hadir di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kegiatan tersebut merupakan ketiga kalinya dalam program Kosabangsa 2024.
Kegiatan ini bertemakan ‘Pelatihan Penggunaan Teknologi Tepat Guna (TTG) Pengering Biji Kakao Berbasis Solar Portable’. Dengan tujuan memberi pengajaran dan inovasi tata cara pengolahan pengeringan biji kakao berbasis solar portable, sebagai solusi saat musim hujan.
Kegiatan tersebut berlangsung di Desa Tete Uri, Kecamatan Sabbang Selatan, Kabupaten Luwu Utara (Lutra) 26-27 November 2024. Peserta pelatihan terdiri dari dua kelompok tani kakao Desa Tete Uri, yakni Kelompok Tani Ponjing Sabbara yang diketuai oleh Andi Syarifuddin, dan Kelompok Tani Bunga Coklat yang diketuai oleh H. Mustamin.
Pemateri utama kegiatan ini adala Dr. Ir. Sukriming Sapareng, SP., MP., IPM, juga merupakan Ketua Tim Pelaksana dari Universitas Andi Djemma (Unanda). Kepala Desa Tete Uri menyambut baik kegiatan tersebut.
“Kakao adalah komoditas utama di desa kami, namun tantangan dalam pengolahan sering kali menghambat petani untuk mendapatkan hasil terbaik. Kehadiran teknologi pengering berbasis solar portable ini merupakan terobosan yang sangat membantu,” kata Tamrin.
Selain itu, tim dari Unanda yang terlibat yakni, Dr. Taruna S Arham, SP., M.Si; Erwina, SE., M.Si; Dr. Ir. Akmal, SP., MP; Paradillah Mattola Ilyas, SP., M.Si; dan Wahyu Ramadhan Gusti, S.Pd., M.Pd. Juga kegiatan ini turut melibatkan Tim PT Pendamping dari Universitas Negeri Makassar (UNM), yang dipimpin oleh Putri Ida Sunaryathy Samad, S.T., M.Si., Ph.D., bersama anggotanya, yaitu Dr. Ir. H. Faizal Amir, M.Pd., dan Dr. Haruna, S.Pd., M.Pd.
Hari Pertama: Pengenalan Teknologi Solar Portable
Hari pertama, peserta diperkenalkan dengan teknologi pengering biji kakao berbasis solar portable. Dr. Ir. Sukriming Sapareng, SP., MP., IPM menjelaskan detail tentang desain dan fungsi teknologi ini. Pengering solar portable dirancang untuk memanfaatkan energi matahari secara optimal, mengurangi ketergantungan pada listrik atau bahan bakar. Sehingga mampu diterapkan untuk wilayah-wilayah terpencil.
“Pengering solar portable ini adalah solusi praktis dan ramah lingkungan yang sangat cocok untuk diterapkan di wilayah pedesaan seperti Tete Uri. Dengan teknologi ini, petani dapat meningkatkan efisiensi proses pengeringan, bahkan saat cuaca tidak mendukung,” pungkas Dr. Sukriming.

Hari Kedua: Praktik Langsung di Lapangan
Hari kedua, pelatihan dilanjutkan dengan praktik langsung menggunakan teknologi pengering solar portable. Lokasi praktik dilakukan di area kebun kakao milik kelompok tani. Peserta diajarkan cara mengatur alat agar mendapatkan sinar matahari maksimal, mengontrol suhu di dalam pengering agar biji kakao tidak terlalu kering atau rusak, serta membersihkan alat setelah digunakan untuk menjaga daya tahan dan kualitas pengering.
Praktik ini melibatkan seluruh anggota kelompok tani, dengan pendampingan langsung dari tim Unanda dan UNM.
“Praktik seperti ini sangat membantu kami memahami cara kerja alat. Sebelumnya, kami sering bingung mengeringkan biji kakao saat musim hujan,” ucap salah satu peserta dari Kelompok Tani Ponjing Sabbara.
Dengan adanya pelatihan ini, petani diharapkan mampu menghasilkan biji kakao berkualitas tinggi yang memiliki nilai jual lebih baik di pasar, mengurangi waktu dan tenaga dalam proses pengeringan, dan mengadopsi teknologi ramah lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Ketua Kelompok Tani Bunga Coklat, H. Mustamin, berharap agar pelatihan seperti ini dapat terus dilanjutkan.
“Kami sangat bersyukur atas perhatian yang diberikan oleh tim Kosabangsa. Semoga teknologi ini dapat diterapkan secara luas di desa kami,” ujarnya.
Program Kosabangsa tidak hanya fokus pada pemberian teknologi, tetapi juga berkomitmen untuk mendampingi petani dalam mengimplementasikan inovasi yang diberikan.
Putri Ida Sunaryathy Samad, S.T., M.Si., Ph.D., selaku Ketua Tim Pendamping dari UNM, menyampaikan bahwa kolaborasi ini adalah wujud nyata dari pengabdian tanpa batas.
“Kami berharap kegiatan ini menjadi awal dari perubahan yang lebih baik bagi petani kakao di Tete Uri. Kolaborasi antara Unanda dan UNM akan terus berlanjut dalam mendukung masyarakat melalui inovasi teknologi dan pelatihan yang relevan,” tuturnya.
Keberhasilan pelatihan ini menjadi langkah awal menuju pemberdayaan petani kakao yang lebih berkelanjutan. Tim Kosabangsa berencana untuk terus melakukan pendampingan, termasuk dalam hal pemasaran hasil kakao dan pengembangan produk olahan.
Dengan semangat “Pengabdian Tanpa Batas,” program Kosabangsa 2024 diharapkan mampu memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat, khususnya petani kakao di Desa Tete Uri.