“Kita harapkan anak-anak kita di Kaltara yang memenuhi kualifikasi mengikuti program tersebut, untuk mengasah keterampilan yang dimiliki sehingga mudah terserap di dunia kerja,”kata Gubernur.

Karena itu, ia meminta kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kaltara untuk mengawal program permagangan ini supaya berjalan dengan baik.

“Program pemagangan, Pemprov Kaltara bekerjasama dengan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) Republik Indonesia,”jelas Gubernur.

Ia menjelaskan, program pemagangan sudah berjalan rutin sejak beberapa tahun lalu. Pemerintah berupaya agar peserta bisa memiliki keterampilan dan mudah terserap dunia kerja. Sehingga, tingkat pengangguran terbuka di Kaltara terus menunjukkan tren menurun.

Oleh sebab itu, pemerintah berharap ada peserta magang yang bisa diserap perusahaan ke depan. Kemudian peserta lainnya bisa memiliki keahlian setelah mengikuti program ini.

“Harapannya kan peserta hasil magang bisa diserap, walaupun tidak semuanya. Sementara peserta lain sudah ada keterampilan usai magang,” paparnya.

Peserta magang nantinya akan mendapat insentif dari pemerintah. Ini diharap bisa menjadi tambahan penghasilan bagi mereka. Haerumuddin berharap pemerintah pusat terus melaksanakan program seperti ini di Kaltara.

“Perusahaan juga kalau butuh, bisa manfaatkan yang ada. Tak perlu susah-susah mencari di luar kalau (peserta) yang magang sudah memenuhi kualifikasi,” tuntasnya.

PENGANGGURAN DI KALTARA MENURUN

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) berada di angka 4,62 persen. TPT di Kaltara menunjukkan tren penurunan dalam dua tahun terakhir.

“Alhamdulillah, TPT turun 0,05 persen poin dibandingkan Februari 2021 dan turun 1,09 persen dibandingkan Februari 2020,” kata Gubernur.

Berdasarkan jenis kelamin, TPT laki-laki sebesar 4,09 persen, atau lebih rendah dibanding TPT perempuan sebesar 5,70 persen. TPT laki-laki Februari 2022 mengalami penurunan sebesar 0,14 persen poin.

“TPT laki-laki juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020. Sedangkan perempuan mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen poin,” ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan tempat tinggal, TPT di wilayah perkotaan tercatat di angka 6,05 persen. Atau lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan yang hanya 2,72 persen. Jika dibandingkan Februari 2021, TPT di dua wilayah ini masing-masing mengalami penurunan.

Dari data tersebut, Gubernur memaparkan, ada 20.660 penduduk usia kerja di Kaltara  yang masih terdampak pandemi Covid-19. Terdiri dari 3.272 orang pengangguran yang diakibatkan pandemi. Kemudian 713 orang menjadi kelompok bukan angkatan kerja (BAK) karena faktor yang sama.

“Komponen tersebut merupakan dampak pandemi Covid-19 pada mereka yang berhenti bekerja,” jelasnya.

Lalu, ada 1.137 orang yang sementara tidak bekerja karena Covid-19. Kemudian 15.538 penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19. “Kondisi itu merupakan dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh mereka yang saat ini masih bekerja,” bebernya.

Kendati demikian, angka yang tercatat di bulan ini mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pada Februari 2021 tercatat penduduk usia kerja di Kaltara yang mengalami dampak pandemi mencapai 52.952 orang atau sekitar 10 persen dari total penduduk usia kerja keseluruhan.

“Jika dibandingkan tahun lalu, ada penurunan sekitar 32 ribu orang,” imbuhnya.

Secara detail, tiga dari empat komponen penduduk usia kerja yang terdampak pandemi mengalami penurunan. Namun jumlah pengangguran karena faktor itu justru mengalami peningkatan.

“Komponen pengangguran karena pandemi Covid-19 mengalami kenaikan 696 orang jika dibandingkan Februari 2021,” katanya.

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk usia kerja yang terkena dampak pandemi Covid-19 terdiri dari 11.458 laki-laki dan 9.202 orang perempuan. Penduduk usia kerja laki-laki yang terdampak pandemi mendominasi seluruh komponen, kecuali komponen BAK akibat pandemi.

“Jika dilihat dari daerah tempat tinggal, penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan perdesaan. Di daerah perkotaan ada sebanyak 12.315 orang, sedangkan di daerah perdesaan sebanyak 8.345 orang,” sebutnya. (dkisp)