blog  

OPINI: Armageddon, Al-Malhamat Al-Qubra, dan Perang Dunia ke-3: Sebuah Tinjauan Historis dan Esoteris

Ilustrasi Perang Dunia Ke-3

Oleh Sari Kumala

 

Pembahasan tentang Armageddon dan Al-Malhamat Al-Qubra menjadi sangat relevan dalam konteks dunia kontemporer yang penuh dengan ketegangan geopolitik, konflik bersenjata, dan ketidakpastian global.

 

Dengan adanya potensi konflik besar yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar dunia seperti Amerika Serikat, Cina, Rusia, dan sejumlah negara di Timur Tengah, konsep-konsep eskatologis ini sering diangkat dalam diskusi tentang masa depan dunia. Mereka tidak hanya memiliki relevansi teologis tetapi juga relevansi politis dan sosial, mengingat dampaknya yang luas terhadap masyarakat global.

 

Armageddon, Al-Malhamat Al-Qubra dan Perang Dunia ke-3

 

Armageddon adalah istilah yang berasal dari kitab suci Kristen, terutama disebutkan dalam Kitab Wahyu di Alkitab tepatnya Wahyu 16:16, yang menggambarkan pertempuran besar antara kekuatan baik dan jahat pada akhir zaman. Istilah ini merujuk pada pertempuran akhir zaman antara kekuatan baik dan jahat sebelum kedatangan kembali Nabi Isa Alaihi Salam. Pertempuran ini diyakini akan terjadi di lokasi yang disebut “Megiddo,” sebuah tempat historis di wilayah Palestina yang dijajah oleh entitas zionist yahudi Israel. Tempat ini disebut “Harmagedon” atau “Megiddo” yang merujuk pada sebuah dataran di Palestina (dkuasai Israel) yang sering menjadi lokasi pertempuran besar dalam sejarah kuno. Sekarang ini masih berlangsung penjajahan entitas Yahudi Israel ke atas Palestina. Ini adalah pintu gerbang Perang Dunia ke-3.

 

Al-Malhamat Al-Qubra, atau “Pertempuran Besar,” berasal dari hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang mencatat tanda-tanda akhir zaman. Hadis-hadis ini menggambarkan perang besar yang akan terjadi antara Muslim dan kaum yang memusuhi umat Islam sebelum kedatangan Imam Mahdi Alaihi Salam dan Nabi Isa Alaihi Salam kembali ke bumi untuk memimpin umat manusia menuju kedamaian dan keadilan. Peristiwa tersebut sebagai bagian dari rangkaian tanda-tanda besar kiamat.

 

Al-Malhamat Al-Qubra mencerminkan harapan akan pembebasan dari penindasan dan kedatangan zaman baru yang penuh kedamaian dan kebahagiaan bagi umat manusia. Interpretasi modern juga sering menghubungkan Al-Malhamat Al-Qubra dengan Perang Dunia ke-3 pada akhir zaman sebagai penggenapan nubuwat eskatologis.

 

Kedua konsep tersebut sering dihubungkan dengan perang besar dalam sejarah, seperti Perang Salib, Perang Dunia I dan II, di mana ada pertarungan besar antara kekuatan yang berbeda yang dapat dilihat sebagai representasi dari konflik eskatologis.

 

Perang Dunia ke-3

Perang Dunia ke-3 diperkirakan akan menjadi konflik global yang akan melibatkan penggunaan senjata nuklir dan teknologi militer canggih, yang dapat memicu kehancuran besar-besaran dan dianggap sebagai penggenapan dari nubuwat eskatologis. Ketegangan geopolitik modern, seperti persaingan antara negara-negara besar dan konflik regional, sering kali dilihat sebagai tanda-tanda menuju konflik global yang lebih besar.

 

Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945) adalah dua perang global terbesar dalam sejarah manusia yang menyebabkan kehancuran masif, kematian jutaan orang, dan perubahan geopolitik yang signifikan. Perang Dunia I, dipicu oleh pembunuhan Archduke Franz Ferdinand, melibatkan banyak negara melalui aliansi yang rumit dan mengakhiri era kekaisaran besar di Eropa. Perang Dunia II, dipicu oleh ekspansi agresif Nazi Jerman di bawah Adolf Hitler, melibatkan lebih banyak negara dan memperkenalkan senjata nuklir yang mengakhiri perang dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 

Sinyal Perang Dunia ke-3

Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina terus mengalami ketegangan. Meskipun ada upaya stabilisasi seperti pertemuan puncak antara Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping pada akhir 2023, ketegangan masih tinggi, terutama dalam isu perdagangan, teknologi, dan hak asasi manusia. Kebijakan Cina yang meningkatkan kendali negara atas ekonominya dan kerjasama erat dengan Rusia juga menjadi faktor yang memperparah hubungan kedua negara.

 

Di Timur Tengah, penjajahan ke atas Palestina, konflik berkepanjangan seperti perang di Suriah dan Yaman, serta ketegangan antara Iran dan negara-negara Teluk, terus menjadi ancaman bagi stabilitas regional dan global. Ketegangan ini dipicu oleh perbedaan ideologi, kepentingan geopolitik, invasi serta intervensi kekuatan asing.

 

Konflik antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan ketidakstabilan di Eropa Timur. Invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 memicu respons keras dari NATO, yang memperkuat kehadiran militernya di Eropa Timur dan meningkatkan sanksi terhadap Rusia. Ini menambah ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat, dengan risiko eskalasi yang terus membayangi.

 

Di Semenanjung Korea, program nuklir dan misil Korea Utara terus menimbulkan ketegangan, terutama dengan AS dan Korea Selatan. Pyongyang terus menguji coba senjata nuklir dan misil balistik, yang dianggap sebagai ancaman serius oleh negara-negara tetangganya dan komunitas internasional.

 

Isu Taiwan menjadi salah satu titik api potensial dalam hubungan AS-Cina. Cina mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan berjanji untuk menggunakan kekuatan militer jika diperlukan untuk mencegah kemerdekaan Taiwan. Dukungan militer dan diplomatik AS kepada Taiwan menambah kompleksitas situasi ini dan meningkatkan risiko konflik militer langsung antara dua kekuatan besar ini.

 

Implikasi dari Perang Dunia ke-3

Perang dunia ke-3 akan sangat berbeda dari perang sebelumnya karena kehadiran senjata nuklir dan teknologi militer canggih. Senjata nuklir memiliki kapasitas destruktif yang luar biasa, yang dapat menyebabkan kerusakan masif dalam waktu singkat dan memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, perkembangan teknologi militer seperti drone, cyber warfare, dan sistem pertahanan anti-rudal semakin memperumit dinamika perang dunia ke-3.

 

Perang Dunia ke-3 akan membawa dampak sosial yang luar biasa, termasuk dislokasi massal, krisis pengungsi, dan meningkatnya kemiskinan dan kelaparan. Ekonomi global juga akan terpengaruh secara signifikan dengan gangguan pada rantai pasokan, inflasi, dan resesi ekonomi yang meluas. Lingkungan juga tidak akan luput dari dampaknya, dengan kemungkinan kerusakan ekosistem, polusi yang meluas, dan perubahan iklim yang dipercepat akibat aktivitas militer dan kehancuran infrastruktur.

 

Hadirkan Kesadaran

Sebagai umat Islam, ini adalah momen untuk menghadirkan kesadaran kolektif untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai huru-hara di akhir zaman.

 

Perang Dunia ke-3 akan memakan korban jiwa yang begitu besar. Jumlah korban yang tidak pernah ada dalam riwayat perang manapun. Dan jumlah korban jiwa yang terbanyak ada pada umat Islam karena area perang akan berlangsung di wilayah negeri-negeri muslim, Timur Tengah.

 

Di luar wilayah perang, korban jiwa juga akan berjatuhan karena terjadinya bencana alam yang intens sebagaimana yang dinubuwatkan Rasulullah Muhammad SAW., yaitu “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar manusia dan gempa-gempa. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (Hadits Riwayat Ahmad).

 

Jadi, kita akan menjadi bagian korban jiwa karena Perang Dunia ke-3 atau bencana alam berupa gempa-gempa, itu bukan sebuah masalah. Masalahnya adalah apakah kita sudah mempersiapkan diri menjalani kehidupan abadi di akhirat yang membayang-bayangi kita. Wallahu ‘alam bi ash-shawab.*